
modulmerdeka.com – Tanggal 27 Juni 2025 menjadi momen istimewa karena bertepatan dengan dua peringatan penting dalam dua sistem penanggalan yang berbeda, yaitu 1 Muharram 1447 Hijriah dan 1 Suro dalam kalender Jawa.
Kedua tanggal ini menandai awal tahun baru, masing-masing dalam konteks Islam dan budaya Jawa. Perpaduan keduanya memberikan kekayaan nilai spiritual, historis, dan budaya yang patut untuk dipahami, terutama dalam konteks pendidikan karakter dan kearifan lokal.
1 Muharram merupakan permulaan bulan pertama dalam kalender Hijriah. Tahun baru Islam ini tidak sekadar pergantian angka tahun, melainkan mengandung makna hijrah perpindahan Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah yang menandai tonggak sejarah dalam perjuangan Islam. Peristiwa ini dijadikan dasar penanggalan Hijriah oleh Khalifah Umar bin Khattab.
Momentum 1 Muharram dijadikan refleksi spiritual oleh umat Muslim. Di berbagai daerah, umat Islam menyambutnya dengan kegiatan seperti pengajian, doa bersama, dan santunan anak yatim. Ini menjadi sarana mengingat kembali nilai-nilai ketabahan, kesabaran, serta semangat perubahan menuju kebaikan.
Dalam budaya Jawa, 1 Suro menandai awal bulan Suro, bulan pertama dalam penanggalan Jawa yang dikembangkan oleh Sultan Agung dari Mataram pada abad ke-17.
Sultan Agung menggabungkan kalender Hijriah dengan kalender Saka sebagai bentuk akulturasi antara nilai-nilai Islam dan budaya lokal. Tujuan utama dari penggabungan ini adalah menyatukan rakyatnya secara kultural dan spiritual.
Bagi masyarakat Jawa, 1 Suro memiliki makna yang mendalam dan sakral. Hari ini dipercaya sebagai waktu untuk introspeksi, pensucian diri, dan menjauh dari hiruk-pikuk duniawi.
Beberapa tradisi yang umum dilakukan pada malam 1 Suro antara lain tirakat, tapa bisu, kungkum (berendam di air), dan ziarah ke makam leluhur.
Tradisi ini merupakan bentuk laku spiritual untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan mengenali jati diri.
Meski berasal dari dua sistem budaya yang berbeda, 1 Muharram dan 1 Suro memiliki benang merah yang sangat kuat: keduanya mengajak manusia untuk memulai tahun dengan kesadaran spiritual dan niat baik.
Nilai-nilai seperti introspeksi, perbaikan diri, dan ketundukan kepada Sang Pencipta menjadi landasan utama yang menyatukan dua peringatan ini.
Dalam konteks pendidikan, pemahaman terhadap nilai-nilai ini bisa dijadikan sarana pembelajaran karakter yang kontekstual. Siswa diajak memahami makna waktu dan perubahan bukan sekadar dari sisi angka, tetapi juga sebagai bagian dari proses pembentukan pribadi yang lebih bijaksana.
Dengan bertepatan pada tanggal 27 Juni 2025, peringatan 1 Muharram dan 1 Suro dapat dimanfaatkan sebagai momentum pendidikan berbasis budaya dan nilai-nilai religius.
Sekolah-sekolah, terutama yang menerapkan Kurikulum Merdeka, bisa menjadikan peringatan ini sebagai bagian dari proyek penguatan profil pelajar Pancasila, terutama dalam dimensi beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berkebinekaan global.
Berbagai kegiatan yang bisa dilakukan antara lain:
Kegiatan-kegiatan tersebut tidak hanya memperkuat pemahaman siswa terhadap sejarah dan budaya, tetapi juga membentuk kepekaan sosial serta kecintaan terhadap kearifan lokal.
Secara historis, penyatuan antara kalender Hijriah dan penanggalan Jawa oleh Sultan Agung adalah bentuk strategi politik dan kultural yang cerdas.
Sultan Agung memahami bahwa Islamisasi di Jawa tidak bisa dilakukan secara frontal, tetapi melalui pendekatan kultural.
Dengan menjadikan 1 Suro sebagai awal tahun Jawa-Islam, beliau menanamkan nilai-nilai Islam ke dalam struktur budaya Jawa tanpa menghilangkan identitas lokal masyarakatnya.
Inilah yang menjadikan 1 Suro sangat khas di tanah Jawa, dan berbeda dengan peringatan tahun baru Islam di daerah lain.
Perpaduan ini mencerminkan filosofi “manunggaling kawula lan Gusti” yang berarti bersatunya manusia dengan Tuhan melalui laku hidup yang seimbang antara spiritual dan sosial.
Tanggal 27 Juni 2025 bukan sekadar awal tahun dalam dua kalender, tetapi juga momentum penting untuk kembali ke jati diri sebagai manusia yang berakal budi.
Melalui peringatan 1 Muharram 1447 Hijriah dan 1 Suro dalam penanggalan Jawa, kita diajak untuk berhijrah secara spiritual, budaya, dan sosial.
Bagi dunia pendidikan, tanggal ini membuka ruang luas untuk menyelaraskan pembelajaran dengan kehidupan nyata.
Pengenalan nilai-nilai religius dan kultural pada momen ini dapat memperkaya pengalaman belajar siswa dan memperkuat jati diri kebangsaan. Integrasi antara nilai agama dan budaya lokal menjadi aset berharga yang perlu terus dijaga dan diwariskan kepada generasi muda Indonesia.
Nama asli saya Supriyadi dan populer Supriyadi Pro. Saya seorang Expert wordpress developer freelancer, content writer, editor. Memiliki minat besar pada dunia teknologi, sains, seni budaya, social media, dan blogging. Saya kelahiran suku Jawa, di Wonogiri, Jawa Tengah yang ahli bahasa Jawa dan seni gamelan. Silahkan hubungi saya lewat laman yang telah disediakan atau kunjungi website profil saya di https://supriyadipro.com