
Modulmerdeka.com – Kurikulum Merdeka hadir sebagai solusi atas tantangan pembelajaran di Indonesia, dengan menekankan fleksibilitas, kemandirian belajar, dan pendekatan yang lebih kontekstual. Salah satu konsep yang sering disalahpahami dalam implementasinya adalah deep learning. Banyak guru, siswa, bahkan orang tua memiliki persepsi keliru tentang bagaimana deep learning diterapkan dalam sistem ini. Artikel ini akan mengupas berbagai kesalahpahaman tersebut serta memberikan pemahaman yang lebih akurat.
Sebelum membahas kesalahpahaman, penting untuk memahami makna deep learning dalam konteks pendidikan. Deep learning dalam Kurikulum Merdeka bukanlah sekadar menghafal informasi atau menyelesaikan tugas, melainkan:
Namun, dalam praktiknya, banyak miskonsepsi yang muncul.
Banyak yang mengira bahwa deep learning dalam Kurikulum Merdeka selalu berkaitan dengan kecerdasan buatan atau pembelajaran mesin (AI). Padahal, dalam konteks pendidikan, deep learning lebih merujuk pada pendekatan pembelajaran yang mendalam, bukan sekadar penggunaan teknologi canggih dalam kelas.
Fakta: Deep learning dapat diterapkan dalam berbagai metode, baik melalui diskusi kelompok, eksplorasi proyek, maupun pembelajaran berbasis pengalaman tanpa harus selalu menggunakan perangkat digital.
Salah satu konsep utama Kurikulum Merdeka adalah memberi kebebasan kepada siswa untuk mengeksplorasi materi sesuai dengan minat mereka. Namun, ini sering disalahartikan bahwa siswa harus belajar sendiri tanpa arahan guru.
Fakta: Guru tetap memiliki peran krusial sebagai fasilitator, membantu siswa memahami materi, membimbing diskusi, dan memberikan umpan balik yang membangun.
Beberapa orang mengira bahwa deep learning dalam Kurikulum Merdeka hanya bertujuan untuk mengurangi beban belajar siswa dengan membuat kurikulum lebih ringan dan mudah.
Fakta: Deep learning tidak berarti menyederhanakan materi, melainkan mengajarkan siswa untuk memahami konsep secara mendalam dan kontekstual. Ini justru menuntut pendekatan yang lebih kompleks dibandingkan sekadar menghafal teori.
Kesalahpahaman lainnya adalah bahwa deep learning hanya cocok untuk mata pelajaran seperti Sains atau Matematika, sementara mata pelajaran lain lebih berorientasi pada hafalan.
Fakta: Semua mata pelajaran dapat menerapkan deep learning. Misalnya, dalam pelajaran Sejarah, siswa dapat menganalisis dampak suatu peristiwa sejarah terhadap kondisi sosial saat ini, bukan sekadar menghafal tanggal dan nama tokoh.
Banyak yang menganggap bahwa karena Kurikulum Merdeka menekankan pemahaman mendalam, maka ujian atau evaluasi dihilangkan.
Fakta: Evaluasi tetap ada, tetapi lebih beragam dalam bentuknya. Penilaian tidak hanya berupa ujian tertulis, tetapi juga dapat berupa proyek, portofolio, atau asesmen formatif lainnya yang menilai pemahaman siswa secara lebih holistik.
Untuk menghindari kesalahpahaman di atas, berikut adalah beberapa cara efektif menerapkan deep learning dalam pembelajaran:
✅ Gunakan Pendekatan Berbasis Proyek (Project-Based Learning) – Ajak siswa mengerjakan proyek nyata yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
✅ Dorong Diskusi dan Pemecahan Masalah – Latih siswa untuk berpikir kritis dengan memberikan studi kasus dan diskusi kelompok.
✅ Terapkan Pembelajaran Berbasis Refleksi – Minta siswa menulis jurnal reflektif tentang apa yang telah mereka pelajari dan bagaimana mereka dapat menerapkannya.
✅ Berikan Umpan Balik yang Konstruktif – Evaluasi tidak hanya dalam bentuk angka, tetapi juga melalui masukan yang membantu siswa memahami kekuatan dan area yang perlu diperbaiki.
Deep learning dalam Kurikulum Merdeka adalah pendekatan yang bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan kontekstual kepada siswa.
Sayangnya, banyak kesalahpahaman yang menghambat implementasinya, seperti anggapan bahwa deep learning hanya berkaitan dengan teknologi, menghilangkan peran guru, atau menyederhanakan kurikulum. Dengan pemahaman yang lebih baik, guru dan orang tua dapat mendukung siswa untuk benar-benar mengalami pembelajaran yang bermakna sesuai dengan esensi Kurikulum Merdeka.
Dengan menerapkan metode yang tepat, kita dapat memastikan bahwa deep learning benar-benar menjadi alat yang efektif dalam menciptakan generasi yang berpikir kritis dan inovatif.
Nama asli saya Supriyadi dan populer Supriyadi Pro. Saya seorang Expert wordpress developer freelancer, content writer, editor. Memiliki minat besar pada dunia teknologi, sains, seni budaya, social media, dan blogging. Saya kelahiran suku Jawa, di Wonogiri, Jawa Tengah yang ahli bahasa Jawa dan seni gamelan. Silahkan hubungi saya lewat laman yang telah disediakan atau kunjungi website profil saya di https://supriyadipro.com