Modul Ajar Deep Learning Seni Teater Kelas 3 SD/MI Kurikulum Merdeka

modulmerdeka.com – Bayangkan sebuah kelas 3 SD/MI yang riang, di mana anak-anak bukan hanya duduk mendengarkan guru bercerita, tetapi secara aktif bergerak, berkolaborasi, dan mengeksplorasi dunia teater. Inilah inti konsep deep learning dalam modul ajar teater untuk kelas 3: pembelajaran yang bermakna, kolaboratif, kontekstual, dan adaptif.

Modul ini dirancang khusus untuk jenjang SD/MI dengan Kurikulum Merdeka, yang memberi ruang bagi guru untuk fleksibel dan kreatif. Dengan modul ajar ini, guru memiliki panduan sistematis mulai dari capaian pembelajaran, aktivitas, hingga asesmen untuk mengajak siswa “masuk ke panggung” teater sendiri.

Dalam artikel ini kita akan menelusuri apa itu modul ajar deep learning seni teater kelas 3, mengapa penting, bagaimana struktur pembelajarannya, contoh aktivitas yang konkret, tips implementasi di kelas, hingga kaitannya dengan profil pelajar Pancasila serta evaluasi.

Di akhir, Anda akan mendapatkan gambaran lengkap untuk mengunduh atau mengembangkan modul di website seperti modulmerdeka.com.

Download Modul Ajar Deep Learning Seni Teater Kelas 3 SD/MI Kurikulum Merdeka

Untuk mendapatkan Modul Ajar Deep Learning Seni Teater untuk Kelas 3 SD, silahkan unduh melalui tautan yang kami lampirkan di bawah ini:

Apa itu Modul Ajar Deep Learning Seni Teater Kelas 3 SD/MI

Definisi dan Konteks

Modul ajar adalah pedoman pembelajaran yang memuat rencana kegiatan, sumber belajar, media, dan asesmen yang terstruktur.

Dalam konteks Kurikulum Merdeka, istilah deep learning menekankan pembelajaran yang lebih dari sekadar hafalan: siswa diharapkan memahami konsep, menerapkannya dalam situasi nyata, dan merefleksinya.

Modul ajar deep learning seni teater kelas 3 SD/MI berarti modul yang dirancang untuk meningkatkan pemahaman, keterampilan, dan karakter melalui kegiatan teater yang aktif dan bermakna.

Hubungan dengan Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka menekankan fleksibilitas guru, kebermaknaan bagi siswa, dan penguatan karakter Pelajar Pancasila (percaya diri, gotong royong, kreatif, dan lain-lain).

Modul ajar seni teater ini selaras karena memungkinkan siswa mengekspresikan diri, bekerja dalam kelompok, dan belajar lewat pengalaman.

Misalnya, melihat modul ajar seni teater untuk kelas 9 yang menunjukkan aktivitas “olah tubuh dan vokal” sebagai langkah awal. Meski contoh di jenjang yang lebih tinggi, prinsipnya dapat disederhanakan untuk kelas 3.

Mengapa untuk Seni Teater di Kelas 3?

Mengajar seni teater di kelas rendah seperti kelas 3 punya keuntungan:

  • Anak-anak usia sekitar 8-9 tahun biasanya sangat ekspresif dan senang bermain peran, sehingga teater cocok untuk menarik minat mereka.
  • Teater membantu pengembangan keterampilan sosial (kerjasama, komunikasi), keterampilan motorik (gerak tubuh, vokal), dan karakter (keberanian, tanggung jawab).
  • Modul ajar yang berbasis deep learning memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih hidup dan bermakna dibanding hanya menonton atau menggambar.

Struktur Modul Ajar yang Efektif

Untuk menjamin modul ajar bisa diterapkan dengan baik, kita dapat mengikuti struktur berikut berdasarkan prinsip deep learning dan panduan Kurikulum Merdeka.

1. Identitas dan Informasi Umum

Pada bagian awal modul, guru akan mencantumkan identitas: nama sekolah, nama guru, kelas (SD/MI kelas 3), semester, alokasi waktu (misalnya 4 × 40 menit atau 8 JP), dan kompetensi awal.

2. Capaian Pembelajaran

Guru menetapkan capaian pembelajaran yang ingin dicapai siswa lewat modul ini. Misalnya: siswa mampu mengekspresikan karakter tokoh dalam suatu drama sederhana, bekerja dalam kelompok, dan mengevaluasi penampilannya.

3. Profil Pelajar Pancasila dan Karakter

Modul memasukkan penguatan karakter seperti gotong royong, kreatif, komunikatif. Misalnya: siswa saling mendukung dalam latihan pementasan teater mini, memberikan umpan balik teman, dan menyampaikan ekspresi diri.

4. Kegiatan Pembelajaran Inti

Kegiatan inti terdiri dari: pembukaan, aktivitas eksplorasi, pengembangan, presentasi, dan refleksi. Untuk kelas 3, kegiatan bisa meliputi: pemanasan gerak dan suara, membagi kelompok kecil, memilih tokoh sederhana, latihan gerak dan dialog, pementasan singkat, refleksi.

5. Penilaian dan Refleksi

Penilaian bisa berbentuk observasi guru, penilaian teman (peer assessment), dan refleksi siswa. Misalnya: apakah siswa aktif bekerja, ekspresinya jelas, kerjasama kelompok baik, dan apa yang perlu diperbaiki. Mendukung deep learning karena siswa bukan hanya “melakukan” tetapi juga “mempelajari” prosesnya.

6. Media dan Sumber Belajar

Guru menyiapkan media sederhana: ruang kelas dibagi menjadi panggung mini, properti ringan (misalnya topi, syal, kotak sebagai koturnya), audio vokal jika perlu. Memberi petunjuk, lembar kegiatan siswa (LKPD) untuk mendokumentasikan ekspresi dan gerak yang mereka pilih.

7. Aktivitas Pengayaan & Remedial

Untuk siswa yang cepat, dapat diberikan tantangan seperti membuat naskah pendek atau merekam pementasan. Untuk yang butuh bantuan, aktivitas bisa difokuskan pada gerak sederhana atau kerja kelompok dengan teman lebih mampu.

8. Refleksi Akhir Modul

Guru dan siswa bersama mengevaluasi proses: apa yang berhasil, apa yang menantang, bagaimana perasaan siswa ketika tampil, dan bagaimana ke depannya bisa lebih baik.

Contoh Aktivitas Modul Ajar

Mari kita telusuri beberapa aktivitas konkret yang bisa diterapkan dalam modul ajar deep learning seni teater kelas 3.

Aktivitas 1: Pemanasan Gerak & Vokal

Guru mengajak siswa berdiri membentuk lingkaran. Lakukan pemanasan sederhana:

  • Gerak bebas mengikuti musik: berjalan di tempat, melompat ringan, menirukan gerak hewan.
  • Suara vokal: “aaaah”, “eeeeh”, “ooooh” dengan variasi volume dan cepat-lambat.
    Tujuannya: meningkatkan kesadaran tubuh, pernapasan, dan keberanian vokal.
    Terkait dengan prinsip teater: aktor harus siap fisik dan vokalnya, sebagaimana modul contoh untuk kelas 9 menekankan olah tubuh dan vokal.

Aktivitas 2: Memilih Karakter & Latihan Gerak

Siswa dibagi kelompok 3-4 orang. Setiap kelompok memilih tokoh sederhana (misalnya binatang, buah yang hidup, benda bergerak).

Mereka mendiskusikan: bagaimana gerak, suara, dialog tokoh itu?

Latihan: kelompok memeragakan gerak dan suara tokoh selama 30 detik, sedangkan kelompok lain mengamati dan memberikan satu saran.

Ini melatih kreativitas, kolaborasi, dan refleksi cepat.

Aktivitas 3: Rancangan Mini-Pementasan

Kelompok memperluas latihan: memilih adegan mini (misalnya “buah bertemu di pasar”, “binatang di hutan”), membuat properti sederhana (karton sebagai panggung, syal sebagai kostum), latihan gerak, dialog, dan penempatan di ruang kelas.

Guru memberikan rubrik penilaian: gerak + suara jelas, kerjasama kelompok, ekspresi tokoh, penggunaan ruang panggung. Penilaian ini mendukung asesmen autentik.

Aktivitas 4: Pementasan & Refleksi

Setiap kelompok tampil di depan kelas. Setelah tampil, kelas melakukan refleksi bersama: “Apa yang paling kamu suka?”, “Apa yang sulit?”, “Bagaimana kelompokmu bisa lebih baik?”.

Refleksi ini mengaktifkan metakognisi siswa: mereka belajar tidak hanya melakukan tetapi berpikir tentang proses mereka yakni inti deep learning.

Aktivitas 5: Pengayaan atau Remedial

Untuk siswa yang cepat selesai, guru bisa memberi tantangan membuat naskah pendek atau mengubah adegan menjadi improvisasi. Untuk yang butuh bantuan, guru bisa membimbing kelompok dengan langkah demi langkah: memilih karakter → gerak sederhana → suara sederhana → tampil dengan durasi lebih pendek.

Manfaat dan Basis Ilmiah

Pengembangan Kompetensi Sosial dan Ekspresi

Kegiatan teater terbukti meningkatkan keterampilan sosial, keberanian, pengendalian suara-gerak, dan kerjasama antar siswa.

Studi menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis aktivitas seperti drama meningkatkan partisipasi aktif dan rasa memiliki terhadap materi pembelajaran.

Pembelajaran Aktif & Deep Learning

Deep learning dalam pendidikan berarti siswa terlibat secara aktif, mengalami sendiri, menghubungkan dengan pengalaman pribadi, dan merefleksi. Modul ajar seni teater memenuhi unsur tersebut: aktivitas fisik (gerak), vokal, kolaborasi, refleksi all dalam situasi yang relevan dan menyenangkan.

Relevansi bagi Keterampilan Abad 21

Melalui teater, siswa mengasah keterampilan abad 21: komunikasi (dialog, ekspresi), kolaborasi (kelompok), kreativitas (karakter dan adegan), dan berpikir kritis/reflektif (apa yang berhasil/kurang).

Penguatan Karakter Pelajar Pancasila

Modul ini juga mendukung karakter Pelajar Pancasila: misalnya sikap gotong royong saat kelompok membuat properti, kreatif dalam memilih karakter, percaya diri saat tampil, dan tanggung jawab saat evaluasi.

Efisiensi dan Motivasi Pembelajaran

Metode yang melibatkan gerak dan suara mendorong motivasi intrinsik siswa. Anak-anak lebih tertarik saat bergerak dan bermain dibandingkan hanya mendengarkan ceramah. Hal ini mendukung hasil belajar yang lebih tahan lama.

Menurut berbagai sumber modul ajar seni/budaya, penggunaan deep learning sangat dianjurkan agar pembelajaran lebih bermakna dan menghasilkan kompetensi yang mendalam.

Implementasi di Kelas: Tips Praktis untuk Guru

Berikut beberapa tips agar modul ajar seni teater kelas 3 SD/MI dapat berjalan lancar:

Persiapan Guru

  • Bacalah modul secara menyeluruh: capaian pembelajaran, alokasi waktu, media, lembar kerja siswa (LKPD).
  • Siapkan ruang kelas dengan fleksibel: angkat meja, sediakan area “panggung”.
  • Kumpulkan properti sederhana: syal, topi kardus, kotak bekas, spidol warna untuk membuat papan “panggung”.
  • Buat suasana menyenangkan saat pembukaan: mungkin permainan “ikan paus” dan “ikan kecil” (anak berlari/berdiam) untuk pemanasan.

Membuka Kelas

  • Mulailah dengan diskusi ringan: “Apa yang kalian pikirkan kalau mendengar kata teater?”
  • Jelaskan tujuan pembelajaran bersama siswa: “Kita akan jadi aktor dan aktris kecil yang membuat adegan sendiri!”
  • Buat kesepakatan kelas: misalnya saling menghormati, bekerja sama, memberi tepuk tangan setelah teman tampil.

Aktivitas Kelompok

  • Kelompok 3-4 lebih cocok untuk kelas 3 tidak terlalu besar agar semua terlibat.
  • Guru memonitor tiap kelompok, memberikan pertanyaan pancingan: “Tokoh kalian suara seperti apa?”, “Bagaimana geraknya di ruang panggung?”, “Siapa yang memakai properti?”
  • Dorong siswa untuk merekam adegan dengan ponsel guru atau tablet jika tersedia, sebagai dokumentasi dan bahan refleksi.

Pementasan dan Refleksi

  • Atur waktunya: tiap kelompok tampil 2-3 menit.
  • Setelah semua tampil, ajak seluruh kelas memberi komentar positif (misalnya “gerakan bagus”, “suara keras jelas”, “kelompokmu saling bantu”).
  • Guru bantu siswa menyusun refleksi tertulis atau gambar: “Saya bangga karena…”, “Yang ingin saya perbaiki…”.

Penilaian dan Umpan Balik

  • Gunakan rubrik sederhana: kerjasama (1-4), ekspresi & gerak (1-4), keberanian tampil (1-4).
  • Tampilkan hasil skor di kelas (tanpa membanding-banding), lalu diskusikan bersama: “Apa yang kita pelajari?”, “Bagaimana perasaanmu tadi?”.
  • Buat tindak-lanjut di pertemuan berikut: kelompok yang tampil kurang aktif bisa diberi tugas tambahan, kelompok aktif bisa jadi mentor.

Integrasi dengan Mata Pelajaran Lain

  • Kegiatan teater bisa dikaitkan dengan Bahasa Indonesia (dialog, naskah), Pendidikan Pancasila (kerjasama), dan Seni Budaya lainnya (musik, tari).
  • Tambahkan proyek lintas mata pelajaran: misalnya membuat adegan tentang kebersihan lingkungan (tema IPA dan PPKn) lalu tampil.

Tantangan & Solusi

Seperti semua pembelajaran aktif, modul ajar ini punya tantangan tersendiri. Berikut beberapa dan cara mengatasinya:

Tantangan: Pemahaman Konsep Teater oleh Siswa Kecil

Beberapa siswa mungkin belum pernah tampil di depan teman atau merasa malu.
Solusi: Mulai dengan latihan ringan (gerak bebas, nada suara lucu) tanpa penilaian, beri pujian besar pada keberanian mencoba, dan tampil sebagai contoh guru dulu.

Tantangan: Waktu & Ruang

Mungkin alokasi waktu terbatas atau ruang kelas kecil.
Solusi: Modul bisa disederhanakan: tampil hanya 1-2 menit, ruang bisa diatur dengan meja di pinggir agar menjadi “panggung”. Kegiatan bisa digabung 2×40 menit menjadi 1×80 menit jika perlu.

Tantangan: Properti / Media Terbatas

Sekolah mungkin minim properti teater.
Solusi: Gunakan benda sederhana dari lingkungan (karton bekas, syal, topi, bahkan kertas warna). Kreativitas siswa bisa diangkat sebagai bagian dari proses pembelajaran.

Tantangan: Penilaian yang Bermakna

Penilaian hanya berbasis “tampil bagus” bisa membuat stres.

Solusi: Fokus pada proses: kerjasama, keberanian, refleksi, bukan hanya hasil akhir. Gunakan peer assessment agar siswa memberi umpan balik satu sama lain.

Mengajar seni teater di kelas 3 SD/MI dengan modul ajar berbasis deep learning bukan hanya tentang “bermain drama”. Ini tentang memberikan pengalaman pembelajaran yang bermakna, mengembangkan karakter, keterampilan abad 21, dan membuat siswa aktif sebagai “pelaku” pembelajaran.

Dengan struktur yang jelas capaian pembelajaran, aktivitas interaktif, refleksi guru dapat mengimplementasikan modul ini dengan percaya diri.

Semoga artikel ini membantu bapak/ibu guru di modulmerdeka.com untuk merancang dan menjalankan pembelajaran seni teater yang menyenangkan, bermakna, dan produktif.

Bila ada pertanyaan lebih lanjut atau contoh dokumen modul yang ingin dibagikan, saya siap membantu. Selamat mengajar dan selamat berkreasi bersama siswa kelas 3!

Capek download file satu-persatu?

DAPATKAN PERANGKAT AJAR LENGKAP DENGAN MUDAH!

Jika anda merasa mendapatkan manfaat, bagi yang mungkin ingin berdonasi untuk kemajuan website ini, silahkan kirimkan ke:

Terima kasih atas partisipasinya, semoga menjadi keberkahan bagi kami dan Anda semua.

Nama asli saya Supriyadi dan populer Supriyadi Pro. Saya seorang Expert wordpress developer freelancer, content writer, editor. Memiliki minat besar pada dunia teknologi, sains, seni budaya, social media, dan blogging. Saya kelahiran suku Jawa, di Wonogiri, Jawa Tengah yang ahli bahasa Jawa dan seni gamelan. Silahkan hubungi saya lewat laman yang telah disediakan atau kunjungi website profil saya di https://supriyadipro.com

Jelajahi Artikel Lainnya